CARA PEMBUATAN GULA (GULA PASIR)
Uraian Proses
Tujuan
dari proses pengolahan di pabrik adalah untuk mendapatkan produksi gula
setinggi mungkin dan mengurangi kehilangan nira sekecil mungkin selama
dalam proses. Untuk mendapatkan atau memproduksi gula jadi (siap
dipasarkan) dilakukan beberapa tahap pengolahan antara lain :
1) Proses Penimbangan dan Pengerjaan Pendahuluan
2) Penggilingan tebu (Stasiun Gilingan)
3) Pemurnian nira (Stasiun Pemurnian)
4) Penguapan nira (Stasiun Penguapan)
5) Kristalisasi (Stasiun Masakan)
6) Pemisahan (Stasiun Putaran)
7) Pengeringan dan pendinginan
8) Pengemasan
1. Proses pengolahan Awal (Penimbangan dan Pengerjaan Pendahuluan )
Pada tahap ini, tebu (cane)
yang akan di giling dipersiapkan, baik itu kualitas maupun
kuantitasnya. Kualitas meliputi kondisi fisik tebu, tingkat kebersihan
dan potensi kandungan gula (rendemen) di dalamnya. Sedang dari segi
kuantitas, di lihat jumlahnya dengan ditimbang yang akhirnya menentukan
jumlah gula yang akan dihasilkan.
Dari segi kualitas, tebu (cane) yang baik adalah secara umum memenuhi 3 persyaratan, antara lain :
1. Masak,
berarti tebu yang akan di giling harus memiliki kandungan gula
(rendemen) yang mencukupi. Besarnya kandungan gula dipengaruhi oleh
varietas, sistem tanam, iklim dan tingkat kemasakan pada saat tebang.
2. Bersih,
berarti tebu yang akan di giling harus bersih dari kotoran, baik itu
kotoran berupa tanah, daun atau akar yang terikut pada saat tebang.
3. Segar,
berarti waktu yang diperlukan dari mulai tebu ditebang, masuk pabrik
hingga di giling harus secepat mungkin. Karena semakin lama waktunya,
kandungan gula dalam tebu juga semakin menurun.
Setelah tebu ditebang di kebun, kemudian tebu diantar
kepabrik secepat mungkin dengan tenggang waktu 24 jam dengan tujuan
untuk menjaga kualitas tebu. Karena bila lewat 24 jam kualitas tebu akan
berkurang dikarenakan
penguraian sukrosa yang terdapat dalam tebu oleh mikroorganisme
sehingga kadar gula dalam tebu akan menurun dan tebu akan terasa asam.
Setelah truk pengangkut tebu memasuki areal pabrik,
truk beserta tebu yang ada didalamnya ditimbang, dan sebelum truk kosong
keluar dari halaman pabrik setelah tebu dibongkar, hal ini dilakukan
untuk mengetahui berat netto dari tebu yang dibongkar tadi. Tebu dari
truk pengangkutan dijungkitkan dengan menggunakan tenaga pompa hidrolik,
sehingga tebu jatuh ke dalam cane carrier, sebagian lain tebu yang diangkut dengan truk dibongkar di lantai dengan menggunakan cane striker tebu yang disorong ke cane carrier. Tebu sebagian lain dibongkar dengan cane lifter hilo. Dimana kabel hilo dihubungkan dengan salah satu sisi truk sehingga tebu tumpah ke cane feeding table lalu pemasukan tebu ke cane carrier diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi kapasitas gilingan yang direncanakan.
Oleh cane carrier tebu dibawa masuk kedalam cane leveller untuk pengaturan masuk tebu kedalam cane cutter I. Pada cane cutter I tebu dipotong potong secara horizontal, kemudian selanjutnya cane carrier membawa tebu ke cane cutter II untuk dicacah lebih halus lagi.
2 Proses Penggilingan
Pada stasiun gilingan ini dilakukan pemerasan tebu
dengan tujuan untuk mendapatkan nira sebanyak-banyaknya. Pemerasan
dilakukan dengan 5 set three roll mill yaitu unit gilingan I sampai V dimana setiap unit gilingan terdapat 3 roll yang diatur sedemikian rupa membentuk sudut 120°, dan pada masing-masing gilingan terjadi 2 kali pemerasan.
Pemerahan
nira tebu atau mengambil nira tebu dari tebu merupakan langkah awal
dalam memproses pembuatan gula dari tebu. Tebu yang layak digiling bila
telah mencapai fase kemasakan, dimana rendemen batang tebu bagian pucuk
mendekati rendemen bagian batang bawah, kemudian kebersihan tebu >
95%.
Tebu yang sudah masak selnya mudah pecah sehingga
ekstraksi (pemerahan) dapat optimal dibandingkan dengan tebu yang belum
masak. Umur tebu di atas 9 bulan (sudah mencapai rendemen pada 3 titik batang atas, tengah, bawah mecapai ≥ 7,0) dengan arti kata tebu yang masuk ke pabrik tebu yang tua, segar, manis dan bersih.
Sebagai tolak ukur bagi tebu yang layak di giling di Pabrik Gula Sei Semayang kriteria sebagai berikut:
a. pol tebu : 9 – 11%
b. HK nira mentah : 74 – 84%
c. Kotoran tebu : max 5%
d. kadar sabut : 13 – 16%
Setelah tebu tercecah maka tebu tersebut berjalan ke
stasiun gilingan dengan menggunakan cane elevator, sebelum tebu tersebut
masuk ke gilingan I, maka tebu harus melewati alat penangkap besi
(magnetic trump ion separator) yang berfungsi untuk menangkap besi–besi
dari patahan mata pisau yang mungkin terikut dalam serpihan tebu.
Penggilingan di lakukan sebanyak 10 kali dengan menggunakan 5 unit gilingan (5 set three
roll mill). Alat ini terdiri dari 3 buah rol yang terbuat dari besi (1
set) yang mempunyai permukaan beralur berbentuk V dengan sudut 300 yang gunanya untuk memperlancar aliran nira dan mengurangi terjadinya slip dan di susun secara seri dengan memakai tekanan hidrolic yang berbeda-beda yaitu :
a.Tekanan pada gilingan I dan II yaitu 170 kg/cm2
b.Tekanan pada gilngan III, IV dan V yaitu 175 kg/cm2
Besarnya daya yang digunakan untuk menggerakkan alat penggilingan adalah sebesar 150-200 kg/cm2 dengan
putaran yang berbeda antara satu dengan gilingan yang lainya. Pada
gilingan I besar putaranya adalah sekitar 5,3 rpm, gilingan II adalah
5,0 rpm, gilingan III adalah 5,0 rpm, gilingan IV adalah 5,2 rpm,
gilingan V adalah 3,8 rpm.
- Mekanisme kerja dari roll mill :
1. Tebu
yang sudah di cacah halus di bawa ke elevator dan menuju ke
penggilingan pertama air pertama (nira) dari gilingan pertama di tampung
pada bak penampung I. Ampas dari gilingan I dibawa oleh intermediate I
ke gilingan II kemudian di giling (diperah) lagi ampas tersebut. Air
perasan masuk dalam bak penampung. nira yang diperoleh dari bak
penampung I primany juice.
2. Nira
dari gilingan I dan gilingan II masih ada ampas halus yang terikut nira
tersebut kemudian nira dari kedua bak tersebut di saring pada juice
stainer kemudian ampasnya di masukkan pada gilingan II dan nira yang disaring di tampung dalam satu tangki dan siap untuk di pompakan ke stasiun pemurnian.
3. Ampas
dari gilingan II dibawa oleh intermediate II dan digiling ke gilinngan
III untuk diperah lagi. Nira dari gilingan II di tampung pda bak
penampung II.
4. Ampas
dari gilingan III dibawa oleh intermediate III untuk digiling pada
gilingan IV, nira yang diperoleh dari gilingan III ditampung pada bak
III dan
nira tersebut digunakan untuk menyiram ampas yang keluar dari gilingan I yang akan digiling pada gilingan II.
5.
Ampas dari gilingan IV dibawa oleh intermediate IV untuk digiling lagi
pada gilingan V. Nira dari gilingan IV ditampung pada bak IV dan
digunakan untuk menyiram ampas yang keluar dari Iidan akan digiling pada
gilingan III.
6. Ampas
yang keluar dari gilingan IV diberi air imbibisi sebelum di masukkan ke
gilingan V , air imbibisi berasal dari kondensat evaporator badan IV
dan V. Temperatur dari air imbibisi tersebut adalah sekitar 60-70 0c
dengan perbandingan 20 – 25 % dari berat kapasitas tebu per hari.
Pemberian air imbibisi tersebut mempunyai fungsi untuk melarutkan nira
yang masih tertinggal pada ampas tersebut.
7. Nira dari gilingan III, IV ,V
masih mengandung ampas halus, nira dan ampas yang halus tersebut
diangkut dengan conveyer melalui suatu plat saringan, niranya masuk ke
tabung setiap gilingan sedangkan ampas naik ke gilingan II.
Ampas tebu (bagasse)
dari gilingan V selanjutnya di angkut oleh bagas elevator melalui dari
suatu plat gilingan. Semakin banyak pengulangan gilingan ampas tebu,maka
semakin sedikit kadar nira yang dikandungnya. Nira yang telah bebas
ampas dari stasiun gilingan I dan II dipompakan ke stasiun pemurnian.
Sumber : Pabrik Gula Sei Semayang
3. Proses Pemurnian
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan kotoran dan bahan non sugar (yang tidak termasuk gula) dalam nira mentah dengan catatan gula reduksi maupun saccarosa jangan sampai rusak selama perlakuan. Bahan non sugar yang dimaksud adalah :
1. Ion – ion organik yang nantinya menghambat pengkristalan dari saccarosa (gula).
2. Koloid yang menyebabkan sukarnya pengendapan serta penyaringan.
3. Zat warna yang mungkin terkandung dalam zat lain yang mungkin juga terikut seperti tanah dan sisa daun.
Macam – macam proses pemurnian yang dilakukan pabrik gula di Indonesia antara lain :
1. Proses Defekasi
Tujuan proses defikasi adalah untuk membersihkan komponen-komponen bukan gula dan meningkatkan harkat kemurnian (HK).
2. Proses Sulfitasi
Nira yang telah tercampur masuk kedalam tangki sulfitasi dalam proses
ini terjadi penurunan pH nira menjadi 7.0 – 7.2. Sulfitasi ini dilakukan
pada suhu 70 - 75°C. Penambahan SO2 tidak boleh berlebihan karena akan menyebabkan penurunan pH menjadi terlalu rendah dan terbentuknya senyawa Calsium Hidrosulfit (CaHSO3) yang larut dalam nira.
Tujuan yang dilakukan di stasiun pemurnian yaitu
untuk menghilangkan kotoran (unsur bukan gula) dalam nira tanpa merusak
kadar gulanya.
A. Ada beberapa proses yang dilakukan dalam proses pemurnian yaitu;
1) Secara kimia yaitu dengan memberikan bahan kimia yang kemudian bereaksi dengan kotoran membentuk endapan.
2) Secara fisika dengan menggunakan pemanasan, pengendapan, pengapungan dan penyaringan.
3) Secara kimia fisika yaitu dengan mengubah sifat fisis suatu komponen sehingga mudah dipisahkan.
Pelaksanaan proses pemurnian harus dilakukan tanpa mengabaikan waktu, suhu, dan pH.
Pada proses pemurnian diperlukan 4 bahan penolong yaitu: susu kapur,
gas sulfit, phospat dan talosep (A6XL) dengan tahapan sebagai berikut :
a) Susu Kapur (Ca(OH)2)
Susu kapur dibuat dari kapur tohor, baru kemudian disiram dengan air dingin, sehingga menghasilkan susu kapur. Pemberian susu kapur bertujuan untuk pemurnian air nira. Air dingin ini berasal dari proses kondensasi uap evaporator, yang di dinginkan yang berfungsi sebagai:
1) Pelarut kapur yang mempercepat terjadinya larutan (Ca(OH)2).
2) Air
imbibisi pada stasiun gilingan untuk meningkatkan nira yang dihasilkan,
dimana volume air yang dipakai adalah 20% dari kapasitas produksi.
3) Siraman pada saringan hampa udara.
b) Gas Sulfit (SO2)
Gas sulfit diperoleh dari pembakaran belerang di
dalam tabung belerang, dimana awalnya memasukkan belerang yang sengaja
dinyalakan, kemudian selanjutnya secara terus-menerus dialirkan ke udara
kering.
Tujuan pemberian gas sulfit ini adalah:
1) Menetralkan kelebihan air kapur pada nira yang terkapur, sehingga pH mencapai 7,2 – 7,4 dan untuk membantu terbentuknya endapan Calsium sulfit (Ca(SO3)2).
2) Untuk memucatkan warna larutan nira kental yang akan berpengaruh pada warna Kristal dari gula.
c) Phospat (P2O5)
Pemberian phospat bertujuan untuk
meningkatkan kadar phospat yang terdapat pada nira jika kadar phospat
dalam nira mentah lebih kecil dari 300 ppm, akan tetapi jika kadar
phospat lebih dari 300 ppm maka tidak perlu lagi ditambahkan phospat.
d) Flokulat (talosep (A6XL))
Penambahan flokulat adalah dengan membentuk flok dari partikel kotoran terlarut yang terdapat pada nira sehingga lebih mudah disaring.
4. Proses penguapan (Evaporation)
Tujuan
dari penguapan ini adalah untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada
nira encer agar diperoleh nira yang lebih kental, dengan kentalan 60 –
65 % brik. Penguapan ini dilakukan pada temperatur 65 – 110 0C . Setiap evaporator dilengkapi dengan separator atau penyangga (sap vanger) yang berguna untuk menangkap percikan nira yang terbawa oleh uap.
Komponen
nira encer sebagai hasil kerja proses pemurniaan masih membawa cukup
banyak penyusun termasuk air, untuk menguapkan air dalam nira harus
diusahakan cara sedemikian rupa sehingga :
- Kecepatan penguapan tinggi (waktunya pendek).
- Tidak terjadinya perusakan gula.
- Tidak akan timbul kerusakan baru untuk proses selanjutnya.
- Cost (harga) yang murah.
Proses
evaporasi merupakan proses yang melibatkan perpindahan panas dan
perpidahan massa secara simultan. Dalam proses ini sebagian air atau
solvent akan diuapkan sehingga akan diperoleh suatu produk yang kental
(konsentrat). Penguapan terjadi karena cairan akan mendidih dan
berlangsung perubahan fasa dari cair manjadi uap. Aplikasi utama dari proses evaporasi dalam industri pangan yaitu :
1. Pra – konsentrasi sebelum bahan diolah lebih lanjut misalnya sebelum spray drying, drum drying, kristalisasi.
2. Mengurangi volume cairan agar biaya penyimpan, trasportasi, dan pengemasan berkurang.
3. Meningkatkan
konsentrasi solit terlarut dalam bahan makanan sebagai usaha untuk
membantu pengawetan, misalnya dalam pembuatan susu kental manis dan
pembuatan gula kristal.
Proses
penguapan (evaporasi) dilakukan dalam kondisi vakum. Tujuan penguapan
dalam keadaan vakum adalah menghindari kerusakan sukrosa akibat suhu
yang tinggi, menghemat penggunaan uap bahan bakar karena memasukkan satu
satuan uap dapat menguapkan air sebanyak 5 kali, menurunkan titik didih
nira sehingga tidak terbentuk karamel hal ini dilakukan agar sukrosa
yang terkandung dalam nira tidak rusak. Proses evaporasi dilakukan
beberapa kali dengan menggunakan perbedaan suhu dan tekanan. Pada
evaporasi tahap awal menggunakan suhu tinggi dengan tekanan rendah.
Memasuki tahap evaporasi selanjutnya, suhu bertahap diturunkan dan
tekanan bertahap dinaikkan.
Selama
proses berlangsung temperatur dari masing – masing evaporator berbeda
–beda. Untuk menghemat panas yang diperlukan maka media panas untuk
evaporator I digunakan uap
bekas yang berasal dari pressure vessel, sedangkan media pemanas
evaporator yang lain memamfaatkan kembali uap yang terbentuk dari
evaporator sebelumnya, hal ini disebut vapour temperature pada
evaporator I sebesar 110 C dan berangsur – angsur turun sampai
temperatur 50 – 55 0C pada evaporator IV. Hal ini dapat
dilakukan dengan jalan menurunkan tekanan yang berbeda - beda dari
evaporator I sampai dengan evaporator IV.
Uap
yang mengalir dari evaporator I ke evaporator II disebabkan pada
evaporator I setelah masuk kedalam bagian shell pada evaporator II akan
melepaskan panas sehingga mengembun. Terkondensasinya uap menyebabkan
terjadinya penurunan tekanan dalam shell sehingga uap air nira
evaporator I dapat mengalir ke evaporator II dan seterusnya. Uap nira
evaporator IV masuk kedalam kondesor untuk diembunkan (dikondensasikan)
dan dijatuhkan bersama air injeksi, sedangkan uap – uap yang tidak
terkondesasikan dibiarkan keluar ke udara. Peristiwa mengalirnya nira
dari evaporator I ke evaporator II dan seterusnya disebabkan oleh adanya
perbedaan tekanan vakum pada masing – masing evaporator. Nira encer
yang masuk pada setiap evaporator akan bersikulasi sampai mencapai titik
tertentu dan secara otomatis valve akan terbuka sehingga nira mengalir
menuju evaporator selanjutnya, begitu seterusnya hingga evaporator IV.
Perbedaan
tekanan pada masing – masing evaporator akan mengakibatkan nira
mengalir secara otomatis dari badan I ke badan berikutnya. Nira yang
masuk pada tiap – tiap badan evaporator akan bersikulasi hingga mencapai
kepekatan tertentu. Kemudian secara otomatis kutup (valve) akan terbuka
dan nira mengalir kebadan berikutnya. Demikian seterusnya sampai pada
badan evaporator terakhir dengan kepekatan 65 %. Nira kental yang telah
melewati proses penguapan (evaporating) ini kemudian di alirkan ke
stasiun masakan untuk proses kristalisasi. Sedangkan kondesasi yang
berasal dari badan evaporator I dan II ditampung untuk digunakan sebagai
air pengisi ketel kondensat da yang berasal dari badan II dan IV di
tarik dengan pompa kondensat ke tangki kondensat. Penguapan air sampai
brik 65 dipilih agar dicapai konsentrasi yang mendekati jenuh sehingga
dalam proses kristslisasi tinggal melaksanakan pengkristalan saja.
Sedangkan dalam proses penguapan tidak hanya terjadi penguapan air saja
tetapi juga berbagai reaksi bahan – bahan penyusan nira (reaksi
pembentukan zat warna) yakni warna yang agak gelap dari nira kental.
Nira kental hasil penguapan akan dialirkan kebejana sulfitrasi dimana
akan diberi gas SO2, gas ini dapat bertindak sebagai reduktor sehingga
ikatan – ikatan yang berwarna gelap dapat direduksi menjadi ikatan –
ikatan yang tidak berwarna atau berwarna ringan (pH nira kental 5,2 – 5,4).
Nira
kental dari hasil proses penguapan berwarna coklat tua atau gelap.
Warna gelap ini akan berpengaruh terhadap kualitas gula yang akan
diperoleh. Untuk hal tersebut maka pada sulfitasi nira kental di alirkan
gas SO2 dari pembakaran belerang. Hal ini ditunjukkan untuk :
1. Untuk memucatkan warna gelap pada nira kental.
2. Menurunkan viscositas nira hingga proses kristalisasi menjadi mudah.
5. Proses Masakan (Kristalisasi)
Nira kental dari stasiun penguapan yang sudah
dipucatkan (dibleaching) masih mengandung air ± 35% - 40% lagi. Apabila
kadar air lebih besar dari yang semestinya,maka pembentukan kristal akan
lebih lama. Dimana kelebihan kandungan ini akan diuapkan pada stasiun
kristalisasi (dalam pan kristalisasi).
Pada stasiun masakan dilakukan proses kristalisasi
dengan tujuan agar kristal gula mudah dipisahkan dengan kotorannya dalam
pemutaran sehingga didapatkan hasil yang memiliki kemurnian tinggi,
membentuk kristal gula yang sesuai dengan standar kualitas yang
ditentukan dan perlu untuk mengubah saccarosa dalam larutan
menjadi kristal agar pembentukan gula setinggi-tingginya dan hasil akhir
dari proses produksi berupa tetes yang masih sedikit mengandung gula,
bahkan diharapkan tidak mengandung gula lagi.
Proses kristalisasi dibagi dalam beberapa tingkat masakan, yaitu :
- Sistem masak 4 tingkat : masakan A,B,C,D
- Sistem masak 3 tingkat : masakan A,B,D atau ACD
- Sistem masak 2 tingkat : masakan A,D
Dalam proses kristalisasi di PTP Nusantara II Sei Semayang, di ambil sistem masak 3 tingkat yaitu : A, B dan D
5.1 Proses Kristalisasi sistem tiga tingkat
1) Masakan A, yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) A dan Stroop A, stroop A ini masih mengandung sukrosa digunakan untuk bahan masakan B. Pada masakan A terdapat 2 buah pan masakan yang dapat mengkristalkan ± 68% dari nira kental masuk.
2) Masakan B yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) B dan Stroop B. Pada masakan B terdapat 1 buah pan masakan yang dapat mengkristalkan ± 62% dari nira kental masuk.
3) Masakan D, yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) D dan Klare D, dengan menggunakan bahan dasar stroop A, stroop B dan Klare D. Pada masakan D terdapat 2 buah pan masakan yang dapat mengkristalkan ± 58% dari nira kental masuk.
5.2 Langkah-langkah proses pengkristalan
1) Menarik Hampa
Tangki masakan terlebih dahulu di buat hampa udara
dengan tekanan vakum sebesar 40 cmHg kemudian saluran penghubung dengan
tangki penguapan dibuka perlahan-lahan sampai terbuka penuh sehingga
mencapai keadaan maksimum dengan tekanan 66 cmHg.
Langkah pertama dari proses pangkristalan adalah
menarik masakan (nira pekat) untuk diuapkan airnya sehingga mendekati
kondisi jenuhnya. Dengan pemekatan secara terus-menerus koefisien
kejenuhannya akan meningkat. Pada keadaan lewat jenuh maka akan
terbentuk suatu pola kristal sukrosa.
2) Pembuatan Bibit
Langkah selanjutnya ialah membuat bibit, yaitu dengan memasukkan gula (fondant)
ke dalam pan masakan kemudia melakukan proses pembesaran kristal.
Fondant merupakan inti kristal gula yang sudah ditumbuk menjadi halus
dan sengaja diberikan agar kristal gula yang terbentuk memiliki ukuran
yang sama. Inti ini dapat dibuat dengan menggiling kristal yang kasar
sehingga menjadi kristal yang halus. Bibit fondant tersebut dapat dibuat
di luar pan masakan. Untuk mengetahui besar kecil ukuran kristal dapat
dilakukan dengan cara meletakkan kristal gula pada kaca transparan yang
diamati pada sinar lampu.
3) Memperbesar Kristal
Dalam proses memperbesar ukuran kristal dilakukan dengan penambahan bibit yang baik sampai diharapkan ukuran kristal 0,8-1 mm.
4) Menurunkan Masakan (masakankan tua)
Kristal gula yang sudah terbentuk sesuia dengan
ukuran ketentuan yang diharapkan dinamakan dengan masakan tua. Tujuan
dari masakan tua adalah melanjutkan penguapan
masakan dalam pan kristalisasi tanpa penambahan larutan baru untuk
menghindari terjadinya pembentukan kristal palsu. Apabila ketentuan
di atas telah terpenuhi, maka terbentuklah kristal yang cukup rapat dan
hal ini menunjukkan proses pengkristalan telah selesai.
Masakan tua yang ukurannya telah mencapai 0,8-1 mm
dikeluarkan dari tangki masakan dan dimasukkan ke dalam palung pendingin
yang terdapat di bawah tangki masakan. Penurunan masakan dimulai dengan
menutup uap panas, kemudian menghilangkan tekanan hampa. Penghilangan
tekanan hampa dilakukan dengan membuat hubungan pan masakan, maka
tekanan udara di dalam pan naik dan tekanan vakum hilang. Setelah
seluruh masakan diturunkan,pan masakan dicuci dengan steam (uap panas)
untuk membersihkan sisa-sisa kristal gula dan larutan-larutan yang
tertinggal, agar pada masakan selanjutnya tidak mengganggu proses
pangkristalan dan kualitas kristal gula yang terbentuk. Larutan pada pan
masakan hasil pencucian dengan air dan steam dialirkan ke peleburan untuk di daur ulang kembali.
5) Palung Pendingin ( D-Cristalizer)
Pendinginan masakan digunakan untuk menentukan
kejenuhan agar proses kristalisasi lanjut terjadi, sehingga ukuran
kristal membesar. Palung Pendingin ( D-Cristalizer) dilengkapi dengan
pengaduk agar tidak terjadi pengumpalan dan hanya digunakan untuk
masakan D yang bertujuan untuk menekan nilai Harkat Kemurnian (HK).
6) Proses Pemisahan Masakan
- Pemisahan masakan Adan B
Hasil pemisahan masakan A, akan menghasilkan gula A
dan stroop A, dimana stroop A merupakan bahan dasar untuk masakan B.
Hasil pemisahan masakan B akan menghasilkan gula B dan stroop B, dimana
stroop B merupakan bahan dasar untuk masakan D. Gula A dan B yang
diperoleh dari hasil pemisahan dikirim ke alat feed mixer SHS (Super High Sugar).
Kemudian gula A dicampur menjadi gula BA menggunakan alat pemutar
sentrifugal sehingga diperoleh gula dengan pemurnian yang lebih tinggi
sebagai gula produk SHS (Super High Sugar).
- Pemisahan Masakan D
Hasil dari pemisahan masakan D,menghasilkan gula D
dan tetes kemudian diputar di putaran D2 sehingga menghasilkan gula D2,
sehingga diperoleh klare D2, klare D2 tersebut selanjutnya dibawa lagi
ke masakan D untuk di olah kembali, karena masih mengandung gula.
Pada proses masak inilah kondisi kristal harus dijaga
jangan sampai larut kembali ataupun terbentuk kristal gula yang tidak
beraturan. Kondisi nira kental pada pan masakan adalah 80-85 %, persen
brix kental 60-65 % dan kadar air 35-40 %.
Untuk mencapai kualitas gula dalam nira kental tidak cukup dikristal dalam
satu kali proses kristalisasi. Pada stasiun masakan ini dilakukan
pemasakan nira sampai lewat jenuh sampai terbentuk kristal gula dengan
temperatur masakan berkisar antara 50-65 0C selama ± 4 jam.
6 Prosess Putaran
Tujuan
pemutaran pada stasiun ini adalah untuk memisahkan kristal gula dengan
larutan (stroop) yang masih menempel pada kristal gula. Putaran bekerja
dengan gaya centrifugal yang menyebabkan masakan terlempar jauh dari
titik (sumbu) putaran, dan menempel pada dinding putaran
yang telah dilengkapi dengan sarungan yang menyebabkan kristal gula
tertahan pada dinding putaran dan larutan (stroop) nya keluar dari
putaran dengan menembus lubang-lubang saringan, sehingga terpisah
larutan (stroop) tersebut dari gulanya.
Proses pemutaran di pabrik Gula sei semayang terdiri dari 2 bagian yaitu
1. High Grade Centrifugal 1600
rpm terdiri dari 9 unit putaran yaitu 5 berfungsi untuk memutar masakan
gula A dan B sedangkan yang 4 untuk memutar gula produk.
2. Low Grade Centrifugal terdiri dari 12 putaran yaitu 9 untuk memutar masakan D (gula D1) dan 3 untuk memutar gula D2. Putaran bekerja berdasarkan gaya sentrifugal yang menggunakan full automatic discontinu.
Gaya sentrifugal akan menyebabkan masakan terlempar menjahui titik
putaran, dimana sistem putaran dilengkapi dengan media saringan,
saringan ini akan menahan kristal dan larutan akan terpisah dari
kristalnya.
A. Pada stasiun ini terdapat beberapa putaran yaitu :
1) putaran D1 dan D2
Putaran ini digunakan untuk memutar mascuit dari palung pendingin yang berasal dari palung masakan D yang telah melewati mascuit reheter pada temperatur 550C. Mascuit adalah kristal gula yang masih tercampur dengan stroop. Kandungan larutan masuk ke feed mixer D1. Gula dari D1 dibawa menuju magma mingler dengan sistem conveyor, untuk memompa diberi
sedikit air. Kandungan gula D1 dipompakan ke feed mixer D2. Putaran D1
menghasilkan tetes, tetes juga dipasarkan sebagai bahan pembuat alkohol,
spiritus dan penyedap makanan. Gula D1 yang dipompakan ke feed mixer D2
selanjutnya diberi sedikit air dan dipompakan ke tangki magma dan
digunakan untuk bibit masakan A, putaran D2 menghasilkan D2.
2) Putaran A dan B
Pada putaran ini, masakan A dan B diputar bersama-sama, pada putaran A dan B diberi air panas selama 5 detik yang
bertujuan untuk pencucian kristal gula yang tertinggal pada media
saringan. Gula A’B dicampur pada magma mingler A’B, diberi sedikit air
dan selanjutnya dipompakan ke feed mixer SHS (Super High Sugar)
3) Putaran SHS (Super High Sugar)
Hasil putaran SHS (Super High Sugar) adalah gula SHS (Super High Sugar) atau untuk sekaran disebut dengan istilah GKP (Gula kristal putih) dan klare SHS (Super High Sugar). Gula produksi dibawa oleh grasshoper coveyor ke sugar elevator yang berfungsi menaikkan dan membawa gula ke cooler dan dryer sedangkan klare SHS (Super High Sugar) dipompakan ke peti klare SHS (Super High Sugar).
7. Proses Pengeringan dan pendinginan
Pada stasiun penyelesaian ini dilakukan proses
pengeringan gula yang berasal dari stasiun putaran sehingga benar-benar
kering. Pengeringan dilakukan dengan penyemprotan uap panas dengan suhu
± 70OC, kemudian didinginkan kembali karena gula tidak tahan
pada temperatur yang tinggi. Tujuan pengeringan adalah untuk
menghindari kerusakan gula yang disebabkan oleh microorganisme, agar
gula tahan lama selama proses penyimpanan sebelum disalurkan kepada
konsumen. Setelah kering gula diangkut dengan elevator dan disaring pada
saringan vibrating screen. Gula dengan ukuran standar SHS (Super High Sugar) diangkut dengan sugar conveyor yang diatasnya dipasang magnetic saparator untuk menarik logam (besi) yang melekat pada kristal gula dengan menggunakan alat includit fan. Dari alat pengering ini, gula produksi diangkut dengan elevator menuju saringan vibrating screen, kadar moisture 0.05% dengan duhu 30-500c. Kristal gula yang diturunkan dari putaran SHS (Super High Sugar) melalui
grasshoper conveyor menuju jacob evaporator. Kemudian ditumpahkan ke
sugar dryer dan cooler untuk dikeringkan karena gula hasil putaran hasil
SHS (Super High Sugar) masih
basah, selain itu menghindari kerusakan gula oleh jamur agar bisa
disimpan lebih lama. Pengeringan dilakukan dengan cara penghembusan
udara panas dengan temperatur 75oC. Kemudian gula tersebut diangkat ke saringan gula yang mempunyai dua macam ukuran yang berbeda.
Gula
halus dan kasar yang tidak memenuhi standar akan dilebur kembali. Gula
yang memenuhi standar akan melewati saringan yang dilengkapi dengan
magnet yang berguna untuk menangkap partikel-partikel logam yang mungkin
terikat dalam gula. Kemudian gula ditumpahkanke belt konveyor menuju
sugar bin yang dilengkapi suatu mesin pengisi dan penimbang serta alat
penjahit karung. Dari sugar bin dikeluarkan gula yang beratnya 50kg
perkantongan yang selanjutnya dengan belt konveyor disimpan kegudang
penyimpanan gula.
Saringan ini mempunyai 3 plat saringan dengan ukuran mesh yang berbeda-beda, yaitu :
- Saringan 1 (ukuran 8x8) adalah mesh yang memisahkan gula kasar, gula normal dan gula halus.
- Saringan 2 (ukuran 23x2) adalah mesh yang memisahkan gula normal dan gula halus.
- Saringan
3 adalah mesh yang memisahkan gula halus dibawah standar. Gula halus
dan gula kasar yang tidak memenuhi syarat, dilebur kembali kepeti
peleburan dan dialirkan ke penampung di stasiun masakan untuk dimasak
kembali.
8 Proses Pengemasan
Gula
yang telah bersih dari besi yang terikat didalamnya masuk kedalam sugar
bin. Sugar bin menampung gula dan sugar weigher mengisi dan menimbang
gula drngan berat 50kg kedalam karung secara otomatis. Kemudian karung
gula dijahit dan diangkut dengan menggunakan conveyor untuk disimpan
digudang penyimpanan dan siap untuk dipasarkan.